Wahai hujan dan nikmat atas lelah hari ini, rindu menjadi pembatas antara rasa sayang pada mereka yang tak mampu terjamah mata. Saat waktu yang tepat dan jika Allah meridahi, maka para perindu akan di pertemukan dengan mereka yang di rindukan. maka saat itu senang dan sedih akan menjadi haru dengan rasa yang tak bisa di gambarkan oleh sekedar lisan dan sejemu tulisan.
Namun pula tidak ada yang bisa menjamin, bila rasa itu hanya tersisa pada satu dari mereka, sedangkan yang lain nya sudah tidak merasakan hal yang sama. Dan pada akhirnya, hasil dari penantian cerita merindui itu adalah luka dan kesia-siaan
Mungkin saja
Tak berselang lama dari luka itu ada sebuah kebahagian dari Tuhan yang sudah ia tuliskan. Tersimpan rapih tanpa seorangpun bisa mengambilnya. Namun kadang ia tak kunjung di jemput, Sebab sipemilik surat terlalu galap berlama dalam ratapan kesedihan
Marah, benci, dan caci mereka yang dianggap hianat pada cinta. Lalu, apakah semuanya sudah meredakan amarah? Atau bara benci tetap bersemayam dalam pedihnya luka? Bukan kah sudah sakit, semakin sakit terasa
Maka sedih, benci sekedarnya
Bukan hanya karena Tuhan maha pemaaf saja, namun juga karena maaf adalah kemuliaan dari ciri ihsan yang baik budi dan akhlak.
No comments:
Post a Comment