Friday 8 December 2017

KELUARGA HARMONI



Related image



Hari ini aku mengendarai motor metik lusuh yang aku beli tahun 2013 dan baru saja lunas bulan september 2017 lalu. Setiap bulan aku harus mengeluarkan 350 ribuan sebagai uang cicilan yang harus dikeluarkan untuk membeli kendaraan tersebut. Uang tersebut terkesan kecil tapi juga sangat berharga bagi kaum menengah seperti ku, paling tidak setelah kredit motor lunas, jatah belanja istri bertambah dan tambahan uang itu bisa di gunakan untuk keperluan cicilan yang lain, seperti kulkas, tv bahkan panci, belum juga di tambah iuran sekolah anak, dan tuntuan istri untuk beli make up dari wardah. aku harus memenuhi itu semua sebagai tanggung jawab seorang suami dan ayah. Meski kadang mencari nafkah dirasa sangat berat, apalagi menjadi seorang buruh pabrik seperti ku yang tinggal di ibu kota dengan biaya hidup yang sangat tinggi. Seberapa pun aku bekerja, pada akhirnya semua terasa belum cukup. pendapatan dan pengeluaran entah kenapa selalu timpang, kadang karena hal tersebutlah aku sering terlibat adu mulut dengan istri. Ujung-ujungnya suami akan selalu di salahkan karena ketidak becusan mereka membuat keluarga tidak sejahtera meski keringat mereka terkuras bercucuran untuk keluarga. Semua terasa terabaikan dan sia-sia. Para istri memang sangat keterlaluan, jika seperti itu biasanya aku pongah dan males bicara sampe berhari-hari dengan istri meski seringnya kami baikan dengan sendirinya.


Hal tersebut juga dialami oleh para suami dan ayah seperti ku yang bekerja di pabrik, kami sering ngobrol ngaler ngidul saat jam istirahat di warteg dekat pabrik, sambil minum kopi hitam 3 rebuan serta gorengan yang mengebul hangat sebagai cemilan. Kami kadang menggerutu, menceritakan hal-hal buruk tentang istri masing-masing, dan sulitnya mencari uang, tapi ya semua hanya obrolan kecil saja, kadang lewat obrolan itu kami bisa merasakan keadaan yang sama, saling menguatkan meski pun kebanyakan tidak menghasilkan apa-apa dan sekedar jadi ajang buka aib keluarga, kalo sudah seperti itu biasanya kami saling menertawakan nasib masing-masing.


“sudah lah kagak ada habisnya ngomongin istri, buru balik gawe udah mau masuk ini..” seorang temen mengingatkan, kami langsung tertawa karena waktu istirhat benar-benar di isi membicarakan istri kami semua


“udah gak perlu pak, biar saya bayar semua..” pak suleman tiba-tiba mengeluarkan dompetnya, kami serentak mengucap hamdalah sambil bercanda dan bilang beliau sedang banyak uang. Pak suleman hanya tersenyum kecil, dan kami berjalan bersama kembali menuju pabrik. Dia antara yang lain dia adalah orang yang paling royal sekali.


Dia ini adalah satu-satunya yang tidak pernah membicarakan kejelekan istrinya . Seseru apapun obrolan kami, dia hanya menjadi pendengar dan kemudian ikut tersenyum dan tertawa saja. jadi kami berkesimpulan bahwa dia satu-satunya keluarga dengan penuh kebahagiaan. Kami bahkan menjulukinya sebagai bapak keluarga harmonis.


aku terkadang iri dengan pak suleman, di mata ku sebagai seorang lelaki aku menilai sosok beliau seorang sosok pria idaman. Bagaimana tidak, aku dan pak suleman bekerja di tempat yang sama dan tinggal bertetangga di sebuah perkampungan kecil dipinggiran jakarta. Aku lebih tau banyak tentang sosoknya karena seringnya kami bertemu dan berinteraksi. Bahkan, dibandingkan dengan yang lain aku sendiri lebih nyaman bila mengobrol serius denganya. Dia yang lebih dewasa dan matang secara pemikiran, sering sekali menasehatiku tentang banyak hal, bahkan ketika aku terlibat pertengkaran dengan istri, dia selalu menjadi orang pertama yang aku mintai pendapat dan nasehat. Bukan hanya itu saja, menurutku dia satu-satunya orang yang tidak punya pembenci dan musuh. Semua orang selalu berkata hal-hal yang baik tentang dirinya karena pribadinya yang baik dan ramah serta tenang tanpa banyak omong. Dia juga sosok yang religius, dia yang sering mengingatkan kami untuk solat berjamaah dan selalu paling dahulu datang ke mesjid. tidak jauh berbeda, warga kampung ku juga menilai sosok pak suleman sebagai pribadi yang baik dan ramah serta sering bersosialisasi dan menjalin silaturahmi yang baik dengan warga sekitar. Hal itu membuat dia banyak di sukai dan juga di segani di kampungku. apalagi jika berbicara tentang istrinya yang terkenal sangat cantik sekali, berwajah ayu dengan kulit yang putih seperti orang kota yang tinggal dikawasan elit. boleh dibilang istrinya adalah primadona di kampung, sungguh beruntung pak suleman bisa dapat wanita seperti itu.


namun suatu hari aku melihat pak suleman duduk termenung di kursi dekat lokernya, dia terlihat lesu dan berwajah muram seperti banyak hal yang ia pikirkan
“kenapa pak su, kok kaya yang pusing banget..” 
“ah enggak apa-apa..”
“kalo ada masalah jangan ragu cerita pak, saya insyaAllah bisa bantu..”
“enggak rud, gak apa-apa..”
Dia hanya tersenyum kecil dan membereskan peralatan kerjanya
“saya ada perlu rud, duluan ya..”
“siap pak, silahkan..” aku menatap pak suleman dengan rasa simpati yang dalam, meski dia tidak pernah mau berbicara apa yang sedang di hadapinya, namun melihat wajahnya saja sudah bisa di tebak dia sedang mengalami sebuah masalah. Aku selalu ingin membantunya terlebih setelah banyak hal yang pernah dia lakukan ketika aku mengalami kesulitan, dia selalu menjadi orang pertama yang langsung membantu. Namun ketika dia sendiri mendapatkan masalah, aku justru bingung bantuan seperti apa yang bisa aku berikan karena pak suleman pasti selalu menolak itu dan tidak pernah bicara dengan terus terang masalah apa yang tengah ia hadapi. Sikapnya yang selalu seperti itu membuatku terkadang malu, sebab dia pribadi yang tidak banyak mengeluh dan ingin merepotkan banyak orang.


Malamnya, aku duduk di kursi depan tv sembari meminum teh hangat dan beberapa cemilan yang di siapkan oleh istriku. Dia sendiri sejak pagi tidak di rumah dan pulang sebentar untuk menyiapkan makan malam untuku kemudian pergi lagi. Beberapa hari ini dia sibuk membantu salah seorang tetangga kami yang hendak melaksanakan hajatan pernikahan. Bayu dan angga juga sedang bermain bersama teman-temanya, selepas isya biasanya mereka berkumpul di lapang futsal yang berada di tengah-tengah perkampungan, biasanya setiap malam disana di penuhi anak-anak yang bermain dan belum lagi dengan banyaknya jajanan yang berlimpah membuat mereka betah berlama-lama disana. Kadang karena kemalaman, aku harus menjemput paksa mereka supaya pulang. Tapi kali ini aku agak sedikit bersantai karena besok mereka libur sekolah.


Saat sedang bersantai dan fokus menonton tv, sekitar pukul 8 tiba-tiba seseorang mengtuk pintu rumahku dengan keras dan intens, dia terus mengetuk tanpa jeda dan jujur saja itu menggangguku. Aku segera berjalan dan membuka pintu, namun aku sedikit kaget dengan siapa orang yang bertamu itu, dan dia adalah pak suleman. dia berdiri di depan pintu, matanya merah sekali seperti habis menangis, dan keringat bercucuran di kepalanya. Nafasnya terengah-engah, dia berusaha untuk tenang 
“pak suleman, tumben pak dat..”
“rudy, cepat antar saya ke kantor polisi” belum aku melanjutkan perkataanku pak suleman segera memotong dengan tergesa, suaranya bergetar hebat, namun aku masih bisa mendengar dengan jelas ucapanya
“kenapa pak?ada apa?”
“cepat antar saya rud..cepat..!!” dia menangis, matanya semakin memerah. Dan aku sepenuhnya bingung apa yang sedang terjadi, pak suleman tampak shock, dia berdiri meski aku melihat kedua kakiknya goyah, tanganya terus mengusap wajahnya, berusaha menghapus air mata atau mungkin menenangkan diri. namun aku rasa dia tengah menghadapi situasi yang hebat


“baik pak, sebentar saya ambil kunci dulu” dengan cepat aku masuk ke dalam rumah, mengambil kunci motor yang aku letakan di atas lemari samping tv. Aku mengambil jaket, dan mematikan tv. Segera aku berjalan tergesa-gesa, menutup pintu rumah dan menaruh kunci keatas fentilasi pintu
“ayo pak saya antarkan..”
Aku menstarter motor dan pak suleman segera naik ke belakang jok motorku. Aku segera meng-gas dengan cepat, melewati jalan sempit perkampungan.
“sebenarnya ada apa pak su?kenapa mau ke kantor polisi?”
Aku kembali bertanya, tapi pak suleman tidak menjawab. Aku hanya mendengar dia terisak dan terus mengucap istigfar berkali-kali..
“astagfirullah..astagfirullah..astagfirullah..” 


Ini pertama kalinya sejak aku mengenal sosok pak suleman, dia panik, sedih, bergetar dengan wajah merah padam seperti itu. aku melihatnya jadi ikut khawatir, namun bertanya kepadanya sepertinya bukan hal yang tepat, pak suleman dalam keadaan yang tidak bisa ditanya sama sekali.


Sekitar 25 menit kemudian, kami sampai di kantor polisi. Kami turun tapi raut wajah pak suleman semakin suram, sekujur tubuhnya gemetar hebat
“ada apa pak suleman? “
“astagfirullah..astagfirullah..ya ALLAH..astagfirullah..”
Perkatanya semakin meninggi dan emosional, aku sampai bingung dan khawatir mendengarnya
“tidak apa-apa pak suleman, ayo kita masuk..”
“rud. Maafkan say..maafkan saya..” dia benar-benar terlihat seperti orang linglung, tapi entah kenapa aku merasakan sesuatu yang besar telah terjadi. aku berusaha menengkan dan memapah jalan pak suleman yang mulai lemah. Ketika aku masuk, kantor polisi terlihat sepi, tidak ada aktifitas berarti hanya saja aku melihat beberapa polisi bersiliweran silih berganti entah sedang melakukan apa. Di lobi kantor yang paling terdengar keras berasal dari suara TV LED besar yang di taruh di dinding dengan penopang tralis besi, tampak beberapa polisi dan orang-orang yang berada disana fokus menonton tv yang saat itu tengah menyiarkan pertandingan bola antara persib dan persija. Kemudian seorang polisi yang melihat kami berdua datang menghampiri


“maaf pak, ada yang bisa kami bantu?” seorang polisi bicara dengan ramah
“saya mau menyerahkan diri pak..” ucap pak suleman tiba-tiba, saat itu aku sedikit kaget dengan perkatanya. Raut si pak polisi itu pun berubah
“apa yang anda lakukan?” ujar si polisi kembali bertanya.
“saya...” pak suleman mulai berderai air mata, ucapanya tertahan dan terdengar dia mengucapkan istigfar berkali-kali
“saya telah MEMBUNUH ISTRI DAN ANAK-ANAK SAYA”
“astagfirullah.....” ucapku secara spontan, bukan hanya aku saja yang tampak kaget, tapi si polisi dan beberapa orang disana yang tadinya fokus sedang menonton tv, semua berdiri dan segera mematikan tv. Reaksi mereka sama kagetnya dengaku, namun diantara mereka aku lah yang paling tercengang. Aku sampai tidak bisa berkata-kata, tubuhku mendadak lemas mendengar perkataan pak suleman, aku berulang kali bertanya pada pak suleman, apakah benar yang ia katakan? Mungkin dia sedang bercanda, aku terus bicara seperti itu sampai aku terdiam, berhenti mencari pembenaran. Sebab, wajah dan reaksi pak suleman telah menjawab semuanya, dia tertegun lesu, dia menangis keras, wajahnya sepenuhnya merah padam dipenuhi keringat dan tangisan. 


Beberapa saat kami semua terdiam, ketika pak sulemen sudah terlihat lebih tenang, polisi segera mendudukan pak suleman dan mulai mengintrogasinya. Aku duduk di kursi belakang, melihat punggung pak suleman yang dulu disebut sebagai pria idaman, sekarang berganti dengan julukan pria pembunuh. Sebenarnya aku masih merasa ini mimpi, aku kenal betul pak suleman betapa baik dan ramahnya dia, rasanya apa yang dia lakukan sama sekali tidak mungkin. Tapi kenyataanya pak suleman kini sudah sebagai pesakitan, kantor polisi yang tadinya sepi mendadak ramai, para polisi itu berjalan ke sana kemari, entah apa yang mereka sedang lakukan, tapi terdengar suara walkie talkie disana sini, mereka saling memberikan informasi tentang kasus pembuhunan yang telah terjadi, beberapa saat kemudian, entah siapa yang memberitahu, beberapa wartawan datang dan semua berasal dari media nasional. Aku duduk terdiam menyaksikan, betapa mengenaskanya pak suleman, dia si orang baik akan di kenal oleh orang-orang sebagai pria bengis si pembunuh.


Aku di hampiri seorang polisi dan di mintai keterangan, mereka kemudian bertanya tentang rumah pak suleman, aku menjawab bahwa aku mengetahuinya. Lalu dengan segera, para polisi entah dari mana datang sangat banyak sekali, halaman di depan kantor polisi penuh oleh mobil-mobil polisi yang mengerikan. Aku terus ditanya di dalam mobil tentang kronologi yang sebetulnya tidak aku ketahui pasti. Aku hanya menceritakan saat pak suleman datang kerumahku dan memintaku untuk mengantarnya ke kantor polisi. 
Kemudian, kami sampai di depan rumah pak suleman, kendaran yang banyak dengan suara sirenie yang terdengar keras, tentu saja menimbulkan kegaduhan seisi kampung, orang-orang keluar dari rumah mereka mencari sumber suara itu. susana sangat mencekam saat puluhan polisi turun dari mobil mereka lengkap dengan pakain dinas serta pistol di saku mereka.


“ini pak rumahnya..” ucapku menunjukan. Sebelumnya pintu terkunci, kami tidak bisa masuk. Namun kemudian beberapa orang dari pihak kepolisian mencoba mendobrak pintu, percobaan pertama gagal, kemudian sampai berkali-kali, dan akhirnya. Pintu itu terbuka! Dan alangkah kagetnya apa yang aku liat, seumur hidupku ini adalah kejadian paling mengerikan yang pernah aku saksikan oleh kedua mata kepala ku sendiri. 


“ASTAGFIRULLAH...” serentak kami mengucakan kalimat istigfar saat melihat 3 mayat tergeletak tidak bernyawa bersimbah darah di atas lantai putih, yang semunya tertutupi oleh air darah yang begitu mereh gelap dan menimbulkan bau yang amat amis. Darah bahkan berceceran sampai ke dinding, ketiga mayat itu adalah istri dan anak-anak pak suleman. suara tv masih menyala, bahwan ada dua piring nasi berlakan tempe dan daging ayam tergeletak di dilantai depan televisi. Mayat istri pak suleman berada di ruang tamu, membujur kaku dekat sebuah soffa, kepalanya penuh darah seperti di pukuli benda tumpul dan yang mengerikan dadanya penuh dengan tusukan pisau, yang sepertinya di lakukan beberapa kali. Dan kedua anaknya ditikam pisau tidak jauh dari ruang televisi, sepertinya mereka tengah makan ketika peristiwa itu terjadi. Dan satu lagi yang kami dapati, sebuah motor yang berada di gerasi rumah yang hancur berantakan seperti di rusak dengan benda tumpul. Semua polisi bergerak dan mengamankan TKP, garis kuning terpasang melintang memutari rumah pak suleman. beberapa polisi berjaga diluar, mengamankan warga yang berdatangan ramai memenuhi TKP berusaha untuk mencari tahu apa yang telah terjadi. Suasana riuh tak terhindari, semua tanpak kaget tak percaya, seorang pria ramah yang mereka kagumi melakukan tindakan pembunuhan yang keji terhadap seluruh anggota keluarganya. Tampak cacian, amarah, hinaan bahkan terlontar, tak sedikit pula yang masih diam tak berkata-kata karena keget dengan apa yang terjadi. Aku melihat kantong jenazah berwarna kuning membungkus 3 mayat yang sebelumnya hidup, tertawa layaknya kami semua. Aku tidak bisa membendung air mataku, saat 2 anak kecil yang berusia 6 dan 4 tahun di masukan kedalam kantong jenzah yang pengap dan lembab itu. bahkan darah masih menetes dari badan mereka, sungguh menyedihkan sekali melihatnya.


“kenapa pak suleman melakukanya?” tanyaku tiba-tiba saat aku berada di kantor polisi tadi. Aku bertanya, saat dia tengah duduk sendiri ketika para polisi sibuk melakukan koordinasi ini itu yang tidak aku mengerti. Dia terdiam tidak menjawab, aku tahu ini berat untuknya, tapi sebagai seorang kawan aku ingin kebenaran terungkap dibalik alasan ia membunuh keluarganya itu
“saya hilap rud..”
“saya sengat mencintai istri dan anak-anak saya. Apapun saya lakukan untuk mereka. Selama ini saya rela makan nasi dengan tempe asal anak dan istri bisa makan dengan daging dan susu. Saya rela memakai kemeja lusuh, asal anak istri berpakaian bagus dan layak. Saya rela melakukan apapun untuk mereka. Tapi, pengorbanaan saya tidak pernah di anggap, terutama oleh mira. Setiap hari dia meminta banyak hal, saya tidak punya uang, tapi apapun saya usahakan untuk memenuhi keinginan dia. Semakin hari, dia semakin banyak menuntut, saya tidak bisa menolak. Saya sangat kesal dan marah, tapi saya tidak bisa memarahi dia. Saya takut bertengkar, dan anak-anak menjadi korban, seperti halnya saya dulu menjadi korban perceraian orang tua. Saya tidak ingin itu terjadi. Tapi kelakuan mira semakin tak bisa saya terima sebagai seorang suami. Dia memperlakukan saya buruk, tidak melayani saya dengan baik. Dia tidak mau mengerti keadaan saya, di bahkan berbuat di luar batas. Rumah itu, saya memberinya uang untuk membayar kontrakan, tapi haji ramdan datang menagih uang kontrakan yang sudah 3 bulan ia tidak bayarkan. Saya marah dan meminta penjelasan, tapi mira dengan santainya bilang uang itu dipakai untuk biaya perawatan kecantikanya. Saya kesal, tapi saya berusaha menahan itu. tapi tadi selepas pulang kantor, saya bertemu dengan debt kolektor, dia datang kerumah untuk menarik motor yang tanpa saya tahu telah mira gadaikan. Saya emosi dan marah. Saya akhirnya tahu, semua pakaian dan gaya hidup hedon yang selalu ia unggah, semua hasil dari menggadaikan harta kami. Dia bicara tidak berhenti dan menjelek-jelekan saya yang selama ini bekerja untuk dia, saya gelap mata. Saya ambil kayu dan memukul motor itu sampai rusak. Saat itu, mira marah besar dan melemparku dengan piring. saya semakin skit hati, saya memukul dia sampai tidak sadar saya mengambil pisau, dan menikamnya beberapa kali. saya......saya bahkan, marah ketika anak-anak menangis meyaksikan ibu mereka kesakitan, saya gelap mata dan menikam mereka juga...”


Tangisanya kembali pecah, kini tangisanya terdengar lebih pilu sekali. mungkin dia membayangkan wajah anak-anak yang ia sayangi, dan apa yang dia telah lakukan terhadap mereka. Tentu saja sampai kapan pun bayangan itu akan terpatri kuat dalam ingatan, sepanjang hidupnya. Pak suleman akan selalu terbayangi penyesalan yang tidak bisa tertolong. Aku, entah apa yang aku rasakan sekarang. dalam relung hatiku yang terdalam, ada rasa marah pada pak suleman, tapi juga rasa kecewa dan iba setelah mendengar alasan itu. 


“mamah gak nyangka pak suleman kaya gitu..” ujar istriku tiba-tiba. Aku hanya terdiam meyaksikan rumah pak suleman yang ramai penuh disesaki orang-orang
“padahal selama ini, bu mira cinta banget sama pak suleman . Dia sering bangga-banggain suaminya didepan ibu-ibu. Dia bilang dia beruntung dapat suami sabar dan pengertian seperti pak suleman...ya ALLAH kenapa semua jadi seperti ini..”
Entahlah, aku juga tidak mengerti. Mengapa takdir mengerikan ini bisa terjadi pada seseorang yang baik dan aku kagumi ini. aku mencoba melihat situasi yang ia hadapi dari sudut pandang seorang ayah dan suami seperti dirinya. Tentu, jika benar yang ia katakan tentang sikap mira padanya, maka aku bisa mengerti betapa sakit hati nya pak suleman. aku tahu, seberapa kerasnya ia bekerja, dia yang paling rajin di antara kami. Dia tidak peduli badanya remuk membawa barang-barang berat, keringat dan peluh yang selalu membasahi baju kerjanya dan waktu tidurnya yang singkat karena banyak mengambil lembur untuk keluarga, aku tahu semua yang dia lakukan karena kasih sayang nya yang begitu besar pada istri dan anak-anaknya. Namun, semua dapat terjadi. Orang baik tidak bisa menjamin dirinya akan selalu baik. Aku menyayangkan apa yang terjadi pada pak suleman, sungguh aku sedih memikirkan dia meringkuk di kamar sempit dan lusuh, sambil membayangkan istri dan anak yang telah ia bunuh. Mereka akan menjadi mimpi yang panjang dan menyiksa bagi dirinya.

2 comments:

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    ReplyDelete