Dimulai
dari tahun 2000-an sampai sekarang, sinetron indonesia tengah berada dalam titik
paling bawah layaknya harta si korun yang terkubur di lapisan tanah ke-7. Segala
ketidak nyambungan, kemustahilan dan ketidak niscayaan menjadi tontonan
sehari-hari masyarakat indonesia yang sebenarnya masih sehat akal jiwa dan
raga. Semua stasiun tv berlomba-lomba menyajikan sinetron Lebay yang dibuat
dengan kualitas produksi rendah, minim budget, dan miskin ide cerita. Semua seakan
mengikuti trend dengan membuat konsep sinetron striping yang menjual
penderitaan si baik yang selalu teraniyaya serta tidak berdaya. Hampir sulit
sekali menemukan si baik menang lawan si jahat, jika pun iya kamu pernah liat
itu, maka anggap saja kamu sedang beruntung.
Beberapa
adegan jahat terkesan sangat di dramatisir, yang membuat kita berpikir dan
mengerutkan dahi “ya Allah orang kek gitu emang ada ya?”. Sangking alur cerita
yang kelewatan jahatnya, kita terkadang gemas saat si baik di suruh mengerjakan
ini itu namun hanya menangis dan tidak berdaya, kita mungkin pernah menyeletuk “begoo..tinggal
di lawan aja susah bener..dasar sinetron indonesia!!” meski begitu sinetron
tersebut terus di tonton sampai selesai. Sinetron seperti bawang merah bawang
putih, putri yang tertukar, ratapan anak tiri, sampai liontin-nya nasyila
mirdad dan dude harlino, merupakan sinetron yang naudzubilah bengis dan jahat
nya tak tertolong.
Bukan
itu saja, ada yang lebih parah karena kreatifitasnya sangat salah kaprah dan
lebih-lebih tidak rasional lagi daripada pada sinetron tema “kekerasan batin”
diatas, yakni gelombang sinteron ala hollywood KW super 2000 yang dimana kalian
akan liat kuda yang jalan di atas air, manusia yang belanja naik elang, siluman
ular yang tingginya nyamain monas atau harimau yang gede nya kaya godzila. Belum
lagi, sambil naik elang, sang artis bernyanyi dangdut ria sambil bergaya india-indian,
gusti Allah itu sinetron melukai sekali saraf mata di otak.
Bisa
di bilang, semua sinetron di era ini adalah yang terburuk dalam sejarah
pertelevisain indonesia. Namun jika di telisik kembali, apakah sepenuhnya
perusahaan media yang salah karena memproduksi sinetron buruk seperti itu?
sehingga penonton tidak punya pilihan karena keragaman tayangan yang hampir
serupa. Sedikit
banyaknya, ada kesalahan penonton yang menyulut kenapa sinetron indonesia berkualitas
rendah seperti ini mampu bertahan dalam rentang waktu yang lama.
mengapa
salah penonton?
Karena
pada mulanya siaran sinetron di indonesia tidak menerapkan sistem striping
seperti sekarang. dulu, sinetron di produksi dengan perencanaan yang matang
sehingga setiap episode hanya tayang seminggu sekali. kualitas tayangan masih
terjaga cukup baik, karena pihak kru mempunyai waktu yang cukup untuk
menyiapkan tayangan. Namun dengan sistem striping seperti sekarang, setiap
sinetron tayang full day tanpa jeda, kerja mereka lebih sibuk dari pada sektor
pekerjaan manapun. Dengan tayang setiap hari, sangat memungkinkan terjadi miss
dan un-optimalisasi di segala hal dalam produksi sinetron. Semua berdasarkan deadline,
naskah selesai subuh, pengambilan gambar untuk tayang malam harinya. Sistem striping
tersebut seperti 2 garis dengan arah berlawanan. Bagi perusahaan tv, sistem
striping merupakan alat komersialisasi yang sangat menguntungkan. Dengan keuntungan
yang di dapat setiap harinya, akan semakin menambah pundi-pundi uang bagi
perusahaan. Sedangkan bagi penonton, adanya sistem tersebut menyebabkan mereka
harus menonton sebuah tayangan dengan kualitas rendah. Lambat laun sistem
tersebut menjadi hal yang lumrah, ketidakbiasaan berubah menjadi sesuatu yang biasa yang membuat penonton
semakin terdoktrin untuk menerima begitu saja tayangan yang ada.
Maka
bisa di katakan pula bahwa kualitas sinetron saat ini merupakan cerminan dari
selera masyarakatnya. Padahal jika penonton lebih kritis lagi,
sinetron-sinetron yang di garap secara asal-asalan tentu bisa membahayakan para
penonton belia yang rawan untuk meniru tanpa berpikir dahulu. Sikap kritis di
perlukan agar situasi dapat berubah, dimana selera tayangan tidak di tentukan
oleh perusahaan yang berjalan dengan asas sekuler liberalnya. Penonton seharusnya
menjadi bagian yang menentukan konten tayangan. Dengan mulai berhenti menonton
tayangan minimin faedah tersebut. Jika kesadaran muncul secara masive, gerakan
tersebut akan memaksa perusahaan mulai berbenah dan mau meningkatkan mutu
tayangan. Sebab keuntungan yang mereka dapatkan sejatinya berasal dari setiap
detik yang diberikan konsumen untuk menonton acara mereka. Maka dari mana lagi
mereka mendapatkan keuntungan jika penonton sudah meninggalkan?
Jadi,
sikap kritis sebagai konsumen perlu di terapkan dalam banyak hal tanpa
terkecuali dalam menentukan tayangan yang akan kita tonton. Merubah persepsi
dengan menaikan selera merupakan alat yang paling ampuh demi mewujudkan iklim
hiburan yang sehat dan mencerdaskan bagi semua orang dari berbagai lapisan
usia.
kelinci99
ReplyDeleteTogel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino