Sumber: The Guardian |
Solihat dan ketiga
temanya telah menyiapkan segala sesuatu untuk foto selfi sempurna mereka,
beberapa foto tersebut mereka ambil langsung ditempat dimana tsunami menerjang kawasan
pesisir pantai pandeglang, banten. Namum nampaknya mereka tidak terlalu
terganggu, ke 4 wanita tersebut berpose manis sambil tersenyum di depan kamera,
bahkan salah satunya berpose dengan memasang tanda “V” yang identik dengan
lambang perdamaian. Kontra dengan fose manis mereka, dibelakangnya merupakan
sebuah lapangan luas yang terendam banjir dengan banyak barang dan peralatan
pertanian sampai mobil yang hancur berserakan. Tempat itu menjadi salah satu
saksi bisu dari kedahsyatan hantaman Tsunami yang terjadi akibat eruspi Anak
krakatau. sampai saat ini lebih dari 500 orang telah kehilangan nyawanya
akibat bencana tersebut.
Lapangan yang awalnya
berupa sebuah ladang itu menjadi salah satu tempat yang banyak di kunjungi
sejumlah orang yang datang hanya untuk berfoto selfi, beberapa diantaranya bahkan berasal dari
tempat yang jauh dan harus menempuh berjam-jam untuk sampai kesana dan
mengambil banyak foto untuk kemudian di sebar ke media sosial milik mereka.
Solihat sendiri (40)
mengatakan jika ia harus menempuh perjalanan sejauh 2 jam ke lokasi kejadian
dari rumahnya yang berada di Cilegon. Dia dan teman-temanya merupakan kelompok
pengajian yang bermaksud untuk menyumbangkan pakaian untuk orang-orang yang
kehilangan tempat tinggal akibat tsunami dikawasan sekitar, mereka mengatakan
jika foto tersebut adalah bukti kalau mereka benar-benar datang dan menyalurkan
bantuan tersebut pada para korban.
Ia juga mengungkapkan
jika foto tersebut tidak mempunyai maksud lain selain mengajak orang untuk lebih
bersyukur dengan keadaan mereka sekarang. Sebab foto dengan latar belakangan
alam yang porak poranda itu justru bisa mengingatkan orang lain untuk lebih
bersyukur dan berempati pada para korban bencana Tsunami.
Ketika jurnalis the
Guardian Jamie fullerton bertanya
apakah pantas mengambil selfi di depan tempat yang porak poranda dan bisa saja
menyembunyikan mayat yang belum di temukan, Solihat justru merespon jika semua
tergantung dari niatan orang tersebut. Jika semata-mata untuk pamer, maka lebih
baik tidak usah dilakukan, namun jika selfi di tujukan untuk berbagai kesedihan
pada orang lain, maka itu tidak apa-apa.
Namun sulit untuk
menyimpulkan jika fose selfi yang mereka ambil merupakan ungkapan dari
kesedihan dan empati, bahkan ada seorang wanita dengan pakaian bagus rela
menghabiskan setengah jam mengarungi lapangan yang terendam air demi mendekat
pada sebuah SUV ringsek di tengah lapangan, setelah sampai ia bergaya dan
mengambil selfi demi memperoleh foto yang lebih bagus.
Sumber: The Guardian |
Sang pemilik mobil, Baharudin,
40, merupakan kepala serikat petani setempat menunjukan kekecewaan terhadap
tindakan para wisatawan tersebut. Ia sibuk mencari barang yang bisa di selamatkan
hanya bermodal sepatu kuning wellington yang ia kenakan. Ia berulang kali
mengucapkan kekecewaan terhadap sikap narsis orang-orang tersebut pada reporter
The guardian
sumber: The Guardian |
“saya ingin melihat kehancuran karena tsunami dan orang-orang yang terkena
dampaknya”
Ketika ditanya berapa
banyak foto selfi yang ia ambil di tempat tersebut, dia tertawa terbahak-bahak “Banyak
banget, foto-foto ini nanti di upload di medsos, grup whatsapp." Ucapnya
sambil menggulirkan foto selfi yang terekam di handphone miliknya. Dalam fotonya tersebut memperlihatkan
gambar-gambar yang memprihatinkan, banyak rumah yang hancur, kendaraan yang
rusak, barang-barang yang berceceran tak tentu, sampai kantung jenazah yang
berderet rapih di atas tanah.
sumber:The guardian
Paling Gedeg kalo ada teman yang sibuk main hp foto2 sambil live dan pasang Ig story, gayanya Kya happy dipending time sama gue padahal isinya cuman main hp doang
ReplyDelete