Tuesday 6 November 2018

Kodokushi, Fenomena Kematian Tragis Karena Kesepian Di Jepang


Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat banyak kasus terkait kodokushi di Jepang. Kodokushi  merupakan sebuah istilah yang berujuk pada orang yang meninggal tanpa diketahui siapapun selama berhari-hari atau berbulan-bulan. Salah satu kasus kodokushi terbaru menimpat Haruki Watanabe (66 th) yang ditemukan membusuk dipenuhi belatung di apartemenya yang terletak di Osaka Jepang. Setelah diselidiki ternyata Watanabe telah meninggal 3 bulan yang lalu, sendirian tanpa sanak saudara yang  menemani di detik-detik terakhir hidupnya. Mayatnya baru diketahui saat Suzuki, sang pemilik apartemen mengunjungi Watanabe untuk menagih uang sewa yang tak kunjung di bayar. Beberapa kasus lainya juga pernah terjadi pada dua saudara berusia 40 tahunan yang di duga meninggal karena kedinginan di sebuah apartemen di Sapporo, serta penemuan mayat seorang wanita berusia 45 tahun dan putranya yang berusia 4 tahun di Tachikawa, Tokyo

ABC News dari Amerika melaporkan bahwa ketiga insiden kodokushi ini mengundang beragam spekulasi, berbagai pihak saling menyalahkan terutama pada otoritas pemerintah yang dianggap lalai dalam mengatasi kondisi masyarakat jepang yang semakin terkotak dan individualis. TBS pernah melakukan sebuah liputan panjang dan cukup dramatis untuk acara berita pagi mereka “Hiruobi” yang melakukan investigasi terkait insiden kodokushi di Sapparo. Dalam laporan nya tersebut, mereka mengatakan jika kodokusi terjadi akibat sistem sosial masyarakat jepang yang apatis,  dimana mereka sengaja mengisolasi diri dalam kehidupan bermasyarakat (bertetangga). Reporter itu juga menemukan fakta yang menyatakan jika 70 persen orang jepang tidak memiliki keinginan untuk saling berkunjung dan di kunjungi oleh tetangga mereka. Maka berdasarkan angka tersebut, sangat logis jika fenomena kodokusi alias mati sendirian lebih banyak di temui di jepang dibanding dengan negara lainya.

Jumlah kodokushi sendiri semakin menunjukan trend yang meningkat sejak 10 tahun terakhir, menurut data Think tank dari tokyo NLI Research Institute diperkirakan sebanyak 30.000 orang meninggal dengan kondisi kodokushi. Bahkan 1 dari 4 orang yang mengalami kodokushi berusia diatas 65 tahun. Jumlah penduduk lansia di jepang saat ini juga tinggi, menurut BBC 27,3 persen atau sebanyak  34, 6 juta orang merupakan lansia dari keseluruhan populasi masyarakat Jepang. Tidak hanya menimpa lansia, Japan today melaporkan jika fenomena kodokushi juga dijumpai pada anak muda berusia 20-30 tahunan. Tekanan kerja disebut sebagai faktor terbesar kodokushi yang menimpa anak muda seiring dengan meningkatknya freeters yakni sistem pegawai kontrak yang banyak diterapkan perusahaan di jepang saat ini.



















Para ahli juga mengatakan jika kombinasi dari budaya, sosial serta demografi jepang yang unik telah memperparah masalah menjadi yang lebih kompleks. Jepang saat ini telah mengalami perubahan budaya dan ekonomi yang progresif selama beberapa dekade terakhir, tetapi berdasarkan demografi, jaringan pengaman sosial yang negara terapkan justru dianggap gagal dalam mengatur kesejahteraan warganya, terutama dilingkungan yang paling kecil yakni keluarga, di saat realitas masyarakat Jepang secara umum tidak terlalu menginginkan kedekatan emosional dengan orang lain, kondisi keluarga di Jepang mengalami disfungsi dan justru tak bisa menjadi penyeimbang. Dalam 3 dekade terakhir, Jepang memiliki rumah tangga dengan  penghuni tunggal yang jauh lebih tinggi dari keluarga lengkap yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Kondisi ini paling banyak dipengaruhi oleh pria dan wanita yang masih melajang meski mereka sudah lansia.

Hal tersebut disebabkan karena angka perkawinan yang menurun. Para ahli mengatakan jika pria Jepang saat ini takut untuk membangun rumah tangga karena kekhawatiran untuk menghidupi keluarga nya, dan ketidak pastian keuangan yang mereka akan hadapi dikemudian hari. Sedangkan para wanita jepang saat ini berpikir moderen dan banyak diantara nya memasuki dunia pekerjaan, dengan penghasilan yang stabil membuat mereka enggan untuk menikah. Bahkan 1 dari 4 pria di jepang berusia 50 tahun belum pernah menikah, para ahli memproyeksikan jika angka itu akan naik menjadi 2 dari 4 pada 2030 nanti.



Masalahnya kemudian diperparah oleh budaya yang mengakar dimana masyarakat Jepang sengaja menciptakan jarak dengan tetangga sekitar. Dalam persepsi mereka, membatasi pergaulan dengan tetangga menjadi bentuk kesopanan yang harus di jaga. Mereka akan sungkan untuk meminta bantuan bahkan untuk hal yang remeh, sehingga kurang nya interaksi tersebut menjadi penghalang pada kedekatan mereka secara emosional . Bahkan sekitar 15 persen para lansia yang tinggal sendiri mengatakan jika mereka rata-rata hanya berinteraksi 1 kali dalam seminggu dengan tetangga mereka.

Kita dapat melihat bahwa kasus kodokushi terbentuk dari banyak aspek yang lahir dan tumbuh dalam masyarakat Jepang sendiri, pemerintah sejatinya telah melakukan banyak upaya untuk menekan angka kematian kodokushi, salah satunya dengan membuat sistem pengawasan pada lansia, membangun pusat kesejahteraan sosial dimana masyarakat dapat melaporkan tetangga yang sakit, hilang atau  meninggal serta melakukan penyuluhan pada warga untuk saling peduli dan berkunjung dengan sesama warga lainya. 

Namun agaknya hal itu tidak terlalu efektif, pemerintah dianggap kurang agresif sehingga masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam menjalankan program tersebut. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kematian kodokushi yang terus meningkat setiap tahunya. Meski sudah menjadi isu nasional, dan pemerintah telah melakukan langkah stategis melalui beberapa kebijakan, akan tetapi orang-orang masih saja tidak peduli dan menganggap bahwa kasus kodokushi sebagai kematian yang wajar layaknya kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan. Dengan begini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kodokushi adalah bentuk representasi lain dari pola pikir dan moralitas masyarakat Jepang sendiri. Bisakah itu dirubah? Hanya waktu yang akan menjawabnya


4 comments:

  1. jadi bersyukur tinggal di indonesia

    ReplyDelete
  2. Ada positif ada negatif, kita ambil pelajaranya aja

    ReplyDelete
  3. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    ReplyDelete