Tadi siang saya nonton video
podcast nya Deddy Corbuzier dengan Marchella Fp, penulis buku best seller “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’ atau NKCTHI,
iya buku fenomenal yg jadi kitabnya para millenial 20-tahunan, dimana petikan kalimatnya banyak sekali dijadikan quote
of the day pengisi caption di story instagram orang-orang. Dan sejujurnya, saya
telah menonton podcast deddy cobuzer dengan marchella itu berkali-kali meski
video podcast itu sendiri sudah di publikasikan tahun 2020 lalu. Dan Agak jarang
memang saya menonton podcast sampai berulang kali, apalagi ditengah gempuran
video mukbang korea dan godaan serial netlix yang maha dahsyat, membuat video
podcast menjadi tontonan optional kesekian yang sering kali tidak terjamah.
Terlebih di video podcast tersebut, Sebagai seorang wanita
dan melihat wanita lain dengan begitu antusias, sudah tentu rasanya saya tidak
mencari keindahan visual dari seorang Marchella Fp karena dia wanita , ataupun
om Deddy cobuzer, karena dia om-om. Saya murni menikmati obrolan mereka karena sangat unik dan menarik. bhaa
Dari
video podcast tersebut, saya bisa liat Sisi lain dari seorang Marchella fp, yang
ternyata sangat humoris dengan
sense of humor nya bukan kaleng-kaleng. Dia sosok yang cerdas dan hal itu terlihat
dari cara ia berbicara,
ketajaman berpikirnya juga tampak dari selorohnya yang
spontan, seperti ketika ia dapat mengimbangi obrolan absurd deddy corbuzer
tentang asal muasal rumah keong alih-alih membahas project buku dan film yang
sejatinya harus lebih concern di bahas pada podcast itu. respon nya yang agak
tengil, sering menyeletuk asal tapi satire namun ketika di
pikir lagi, ucapan spontanitasnya
justru sangat masuk
akal. hal ini menjadi
daya tarik tersendiri.
Dan
meski dia cantik, pintar
dan mapan, fakta lain yang manarik bahwa seorang Marchella Fp adalah
seorang jomblo alias tidak punya pasangan. Hal itu ia jawab dengan sedikit
terdesak setelah Deddy corbuzer terus mencecar ia dengan pertanyaan yang menyinggung kehidupan
pribadinya. Pernyataan Marchella tentang kehidupan percintaanya tersebut
sebenarnya tidak terlalu membuat Deddy kaget, ia seperti sudah menduga sejak
awal jika marcella memang tidak punya pasangan. Deddy bahkan dengan percaya
diri menjugde bahwa marchella tipikal wanita yang menomer-duakan menikah
sehingga apatis terhadap pria, meskipun hal tersebut langsung dibantah oleh Marchella
sendiri.
Sebentar, reaksi judgemental deddy pada Marchella tentang
kehidupan percintaanya ini sepertinya memang tidak asing di telinga. Reaksi skeptis
tersebut memang seringkali di layangkan orang-orang pada teman, sahabat atau
kerabat wanita yang dilabeling lingkungan sosialnya sebagai wanita cerdas
ketika kebetulan mereka jomblo alias tidak punya pasangan. Dan Marcella
Fp hanya lah salah satu
contoh. Sosoknya semakin
memantapkan stigma yang sudah mengakar di benak kebanyakan orang bahwa wanita
cerdas memang susah cari pasangan.
Lantas, apakah yang
membuat wanita cerdas susah mendapatkan pasangan? Karena jika di pikir kembali tentu mempunyai pasangan
yang punya otak encer dan pandai menjadi salah satu anugrah yang seharusnya di
syukuri, bukan begitu Hyung?
Untuk menjawab hal tersebut, saya mencari referensi dari essai dan
jurnal penelitian sebagai salah satu upaya melihat fenomena ini menggunakan
pendekatan
yang lebih ilmiah dan masuk akal, ketimbang langsung
ikut mengiyakan stereotype yang sudah ada. Niat banget emang
bhaa
Hasilnya,Sejumlah
peneliti di University
of Buffalo, University of Texas, dan California Luthern University melakukan
ekperimen pada 105 pria. Para pria ini di pertemukan dengan sejumlah wanita
yang menunjukan kecerdasanya dalam berbagai bidang, seperti sains, matematika bahkan
sastra inggris. Kemampuan rata-rata para wanita ini mengungguli kemampuan para pria. Kemudian para
peneliti meminta
para pria untuk memberikan nilai kepada para wanita jika mereka cocok untuk di jadikan
potensial partner. Hasilnya, para pria memang menunjukan ketertarikan kepada
wanita yang lebih cerdas.
Namun dalam
eksperimen berikutnya, para pria ini di minta untuk berhadapan dan melakukan
interaksi langsung dengan para wanita yang berasal dari berbagai latar
belakang. Dan secara mengejutkan, ternyata para pria cenderung menghindari para
wanita dengan IQ tinggi atau lebih pintar dari mereka karena merasa tidak ingin
di ungguli.
Sejalan dengan
hasil penelitian tersebut, melansir dari www.theatlantic.com Jennifer
Wright seorang jurnalis dari Thegloss melakukan wawancara dengan reporter lain
dari website keuangan terkemuka, CNBC, Jhon Carney, dan 9 pria “cerdas” lainya
dari beragam latar belakang, terkait alasan
banyaknya penelitian yang mengatakan rata-rata pria lebih menyukai wanita yang kecerdasanya
di bawah mereka. Menurutnya wanita yang tidak
terlalu cerdas memiliki waktu luang yang lebih banyak sehingga mereka tidak hanya
memprioritaskan hidup mereka tapi hidup pasanganya juga. Hal tersebut membuat
pria menjadi lebih nyaman. Sedangkan wanita cerdas cenderung visioner, mandiri
dan lebih baik secara finansial, hal tersebut membuat para pria terganggu
meskipun wanita cerdas sangat menarik.
Dari dua penelitian yang di lakukan pada subjek dan metode berbeda tersebut, di dapat 1 kesamaan yang menarik. Para pria cenderung memiliki ketertarikan dan kekaguman pada wanita cerdas dalam kondisi umum, akan tetapi jika tingkatan itu masuk pada arah yang lebih serius seperti pacaran atau pernikahan, para pria justru lebih memilih untuk berhenti . Hal ini karena pria merasa kepercayaan dirinya menurun, sampai takut kehilangan dominasi maskulinitas sebagai seorang pria dalam menjalin hubunganya. Hasil penelitian tersebut juga secara tidak langsung memberikan pemahaman baru terkait persepsi umum jika wanita cerdas kesusahan mendapat pasangan karena terlalu pemilih dan menetapkan standar yang tinggi dalam memilih pasangan. Karena bisa saja faktor pemicunya berasal dari hal lain di luar kemampuan si wanita . Seperti rasa insecure para pria yang terlalu cepat sebelum melakukan pendekatan dengan wanita cerdas. Dengan kata lain, kesendirian para wanita cerdas tidak selalu di sebabkan karena dirinya sendiri.
Meski begitu bukan berarti wanita cerdas tidak bisa di cintai dan akan selalu menjomblo atau tidak punya pasangan. ingat, hasil penelitian sejatinya masih bisa di perdebatkan apabila kita mempunyai keinginan dan waktu luang untuk memperdebatkanya. Bhaaaha
Dan jika diperhatikan kembali, alasan jomblo atau tidak jomblonya seseorang bisa beragam penyebabnya. Sebagai bukti masih banyak pula wanita cerdas yang tidak jomblo dan kisah cintanya justru lancar-lancar saja. Seperti siapa hayoo?sebutkan dalam hati hyung
menurut
pemikiran bijak saya sebagai ketua komite muda mudi kasmaran nusantara, wanita
cerdas sama halnya dengan wanita lain yang
akan jatuh cinta juga jika sudah
bertemu dengan laki-laki yang tepat di mata mereka. Salah satunya pria yang
menerima mereka apa adanya tanpa harus membuat
para wanita ini berubah agar bisa seperti
orang lain. Dan keterbukaan untuk menerima justru bisa memunculkan kenyamanan yang akhirnya berubah menjadi rasa cinta. Hanya saja, kriteria pria yang bisa membuat nyaman wanita cerdas agak
berbeda memang, oleh karena itu, seyogyanya para pria
harus menerapkan pola pendekatan berbeda jika ingin mendapakan wanita cerdas
damban hati.
Ibarat lagu ari lasso, sentuhlah dia tepat di hatinya. Itu relate dan benar sekali. Berdasarkan pengamatan pribadi, kebanyakan wanita cerdas tidak bisa langsung luluh hatinya meski di sodorkan pria ganteng atau pria dengan dompet tebal sekalipun. Kebanyakan mereka tidak mengutamakan hal materialis dalam menentukan pasangan. mereka justru lebih mencari pria yang memiliki value dalam dirinya, misalnya karena pria tersebut pintar, enak di ajak mengobrol atau diskusi, atau pria itu seorang pekerja keras dan bertanggung jawab.
Value itu penting, seperti halnya uang, apabila tidak bervalue alias tidak bernilai, ia hanya selembar kertas seberat 0.008 gr yang mudah terbawa angin malam jalur pantura. Nilai atau value seorang pria pun bisa di tentukan dari personality yang ia miliki. Dan hal tersebut justru sering kali membuat wanita cerdas luluh dan akhirnya melabuhkan cintanya pada pria tersebut. Kemudian pada akhirnya, tidak ada klasifikasi antara wanita cerdas dan wanita biasa saja di hadapan cinta. Bukankah begitu, Hyung?
Cheers...