Jangan Iri, Instagram dan Trend Hidup Bahagia yang tidak sepenuhnya benar

feed instagram hari ini dipenuhi dengan berbagai macam foto orang yang bergaya perlente dengan setelan ootd masa kini, kadang kita temui mereka berfoto sambil tersenyum di sebuah tempat yang indah dan megah, menuliskan caption panjang lebar yang kadang tidak relate dengan foto yang diupload, para user instagram ibukota jauh lebih maju sedikit, misalnya saja dengan menambahkan caption bahasa inggris yang entah mengapa memberikan kesan di level mana kelas sosial mereka

papoulernya instagram telah banyak melahirkan budaya baru di masyarakat moderen, seperti selfie alias foto sendiri yang diasosiasikanya orang-orang sebagai bentuk kenarsisan, semakin sering selfie maka semakin tinggi tingkat narsisnya. kebanyakan orang memaknai narsis sebagai julukan bagi mereka yang doyan foto-foto, namun dalam pandangan psikologi lain lagi artinya, narsis merupakan salah satu bentuk mencintai diri sendiri yang berlebihan, tidak hanya sebatas dalam bentuk fotret 2D saja melainkan pada arti yang lebih luas yakni cara berpikir. Merasa lebih unggul, cantik, ingin di hormati , sombong, dan merendahkan orang lain merupakan salah satu bentuk narsis dalam konteks yang lebih besar

sehingga bisa dikatakan narsis sebagai wujud kepribadian manusia, yang artinya setiap orang memiliki sifat ini hanya saja kadarnya berbeda-beda satu sama lain. namun kehadiran media sosial terutama instagram telah membuat perubahan besar dalam prilaku masyarakat sekarang, instagram seperti enzim yang menstimulus prilaku narsis seseorang muncul lebih sering, dengan fitur like, love dan comment yang menjadi wadah pengakuan, orang berlomba-lomba memperlihatkan diri mereka dengan “wajah” yang sempurna, semakin banyak like, love dan comment yang di dapat artinya semakin banyak ia mendapatkan perhatian, dan hal tersebut menjadi salah satu kesenangan yang membuat candu

lihatlah di sekitar kita,  Berapa kali kita temui foto-foto teman kita bertebaran di timeline kita? Berapa banyak foto yang mereka sebar di story instagram mereka? Berapa sering kita melihat kawan kita yang sibuk berselfie saat makan bersama, atau mereka yang sibuk memoto makanan alih-alih mengobrol dengan kita, atau teman kita yang ribut minta di foto candid saat menemukan spot tempat yang bagus  kemudian mengupload ke instagram dengan tambahan caption motivasi yang begitu panjang lebar

instagram berhasil membuat ruang privasi seseorang tidak ubahnya museum yang sengaja di pamerkan untuk di lihat orang  banyak, yang menjadi masalah bahwa kadang kehidupan yang coba mereka tampilkan justru menimbulkan perasaan sedih, terpuruk, rendah diri bahkan iri bagi orang lainya.

Bagaimana tidak, saat melihat lihat ke beranda instagram, kita melihat berbagai macam hidup setiap orang yang terasa lebih baik dari kita, misalnya saja saat melihat teman yang jauh lebih sukses, bekerja di perusahaan besar dengan gaji tinggi, doyan jalan-jalan dan makanan di caffe-caffe elit, di sisi lain kita justru masih sibuk mencari pekerjaan, sehingga harus bekerja serabutan dan makan apa adanya. Bukan kah melihat hidup mereka membuat kita bergumam betapa bahagianya hidup orang lain dan kemudian menyalahkan keadaan atas ketidak beruntungan yang menimpa hidup kita

itulah konsekuensi yang harus di terima bagi setiap pengguna instagram, sebab dalam nilanya saat ini,  instagram telah berubah fungsi tidak hanya sebatas untuk media berkomunikasi saja, tapi sudah menjadi ajang untuk saling pamer dan pencitraan, bagi mereka yang tidak siap dan mudah terbawa arus, perasaan tertekan dan depresi menjadi akiba terburuk yang bisa didapat.

Padahal jika kita pikirkan kembali terlalu kerdil jika mengukur kebahagiaan hanya lewat bidikan camera, karena sebuah foto mungkin bisa saja dimaknai dengan beribu-ribu penafsiran, akan tetapi tetap saja foto tersebut tidak mengperlihatkan cerita utuh yang berjalan di balik itu.  kecenderungan orang hanya ingin memperlihatkan hal yang indah untuk di bagikan, sedangkan kesedihan, kepahitan yang mereka rasakan hanya menjadi hal yang hanya mereka sendiri yang mengetahuinya, maka sebenarnya banyak sekali  kepalsuan yang disebar di instagram

Dan Hampir Ribuan foto yang terlihat sempurna di upload ke instagram merupakan hasil dari pulahan kali bidikan kamera, belum lagi harus di edit dan di tambah filter untuk mempoles foto agar terlihat semakin indah, berapa waktu yang dihabiskan untuk melakukan itu semua. Alih-alih menikmati waktu untuk sendiri, mengobrol dengan teman ataupun keluarga, mereka justru sibuk menangkap momen hanya untuk kepuasaan pujian di dunia maya

Sejatinya Instagram dan media sosial lainya hadir dalam  itikad untuk membangun komunikasi dan interaksi yang menembus jarak dan waktu, bukan untuk membatasi diri dan terjebak dengan standar hidup orang lain yang membuat  kita menjadi rendah diri dan tidak bersyukur dengan apa yang tuhan  berikan, karena bukan sebuah jaminan mereka yang senang upload di instagram memiliki hidup yang jauh lebih baik dari kita, bisa saja sebaliknya. Yang harus kita lakukan justru merubah mindset kita sehingga bisa menjalani hidup dengan cara kita sendiri

Jika orang lain lebih suka pamer melalui media sosialnya, itu bukanlah masalah karena mungkin dengan cara itu mereka mendapatkan kesenangan, namun jika kita menginginkan kualitas hidup yang lebih baik maka bijaklah dalam bermain media sosial, terlebih jika kita justru merasa bahwa instagram membawa pengaruh dan sugesti buruk pada diri kita, itu artinya kita harus menjauhinya, misalnya saja dengan mengurangi frekuensi bermain instagram dan menggantinya dengan aktifitas nyata yang lebih produktif, seperti mengobrol dengan teman, berkumpul dengan keluarga, mengembangkan passion,belajar bisnis misanya, bisa menjadi cara untuk mengurangi ketergantungan kita bermain media sosial. Dengan begitu kita dapat mengurangi rasa penasaran kita tentang hidup orang lain dan fokus pada diri kita sendiri, sehingga kita justru akan lebih bersyukur dengan apa yang kita punya dan akan jauh merasa bahagia dari sebelumnya.